Konsep Dasar
Drama sebagai Karya Sastra
Sebuah drama diciptakan selain
bertujuan untuk menghibur juga memberikan kegunaan kepada pembaca (jika drama
tersebut ditulis) dan kepada penonton (jika drama tersebut dipentaskan). Akan tetapi, kritik teks drama sebagai
bagian dari sastra
tidak begitu menarik di kalangan masyarakat. Masyarakat cenderung lebih fokus
terhadap pemikirannya bahwa drama merupakan suatu pertunjukkan akting atau seni
lakon. Hal ini disebabkan karena pada saat menonton suatu pertunjukkan drama,
masyarakat tidak dibekali dengan pembacaan teks drama tersebut terlebih dahulu.
Padahal,
sesungguhnya drama memiliki 2 dimensi, yaitu Dimensi Sastra dan Dimensi Pemanggungan.
Dalam sebuah
drama, suatu
babak dibagi-bagi dalam beberapa adegan. Suatu adegan ialah bagian dari babak yang
batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang
berhubungan dengan datang atau perginya tokoh-tokoh cerita dalam drama. Hal inilah
yang mendasari drama memiliki dimensi pemanggungan.
Lantas, mengapa
drama disebut sebagai sebuah karya sastra?
Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, drama memiliki dimensi sastra. Hal ini tidak dapat
dipungkiri karena drama memiliki sebuah bagian terpenting dan menjadi dasar yang membedakannya dengan jenis fiksi lain, yaitu DIALOG. Dialog adalah bagian dari naskah
drama yang berupa percakapan antar tokoh dalam drama. Tanpa adanya dialog, suatu karya sastra tidak
dapat digolongkan ke dalam karya sastra.
Jadi, sudah
jelas bahwa drama bukan sekedar pementasan belaka, karena drama juga merupakan sebuah
karya sastra.
0 comments:
Post a Comment